Assalamuala’alaikum Warrahmatullah Wabarrokatuh wahai yang memiliki nama "yang terpuji"…
Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu ya Rasul
Seakan dikau di sini
Cinta ikhlasmu pada manusia bagai cahaya surga
Dapatkah kami membalas cintamu secara bersahaja
Air mata ini mengalir begitu saja. Syair itu begitu indah dan
bersahaja. Aku tak sangup untuk mendengarnya sampai bait akhir. Tulus
suara dan ungkapan kasih yang bening. Syair yang dinyanyikan itu
membuatku hampir kehilangan kesadaran. Aku dibekap kecemasan dan
goncangan hati yang menderu.
Ya Rasulullah….
Terkadang aku merenung, masih pantaskah aku untuk merindukanmu?
Masih pantaskah aku mengharapkan syafaatmu?
Ya Rasul….
Aku iri!
Aku iri dengan Abu Bakar yang menjadi orang-orang pertama yang
menyaksikan keRasulan engkau, menjadi orang-orang yang berada pada
barisan terdepan yang dengan penuh keikhlasan selalu membela dirimu.
Ya Rasul…
Aku iri!! Sungguh kali ini aku iri!..
Aku iri dengan Umar bin Khattab, yang selalu siaga dengan gagah
beraninya menjadi pelindungmu, Umar yang berdiri kokoh layaknya benteng
untuk membela islam.
Ya Rasul, aku iri…
Izinkan aku untuk iri kali ini…
Aku sungguh sungguh iri dengan Bilal… Bilal, budak belia yang
mendapatkan kesempatan untuk turut berjihad dengan engkau…Bilal yang
rela menahan deraan demi Rasul yang dicintainya …
Tapi Rasul, pantaskah aku untuk iri?
Masih pantaskah aku untuk menunduk terpaku mengucapkan sholawat ketika
namamu disebut? di tengah deretan kesalahan yang telah kuperbuat? Di
tengah rangkaian kelalain yang kuukir? Di tengah kemaksiatan-kemaksiatan
yang senantiasa menambah panjang deretan dosa-dosaku….!!
Ya Rasulullah….
Aku masih ingat, saat pertama kali aku belajar mencintaimu…
Lembar demi lembar shiroh kupelajari…
Untai demi untai kata para usadz mengenaimu kuresapi..
Tentang cinta yang engkau beri…
Tentang kasih para sahabat…
tentang kerinduan para syuhada untuk mendapat syafaat darimu..
Untuk kemudian kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan…
Aku terus berusaha untuk mencintaimu dengan cinta yang utama,
namun… Ku masih tak mampu memberikan cinta tertulusku untukmu…
Ya Rasul…
Aku tak sanggup mencintaimu dengan kesabaran menanggung derita sebagaimana Bilal Bin Rabbah…
Karena itu izinkan aku mencintaimu melalui keluh kesah pengaduanku…
Atas derita batin dan jasadku, atas sakit dan ketakutanku…
Ya Rasulullah..
Aku tak sanggup mencintaimu seperti Abu Bakar Ash Siddiq menyedekahkan seluruh hartanya untuk islam..
Karena itu izinkan aku mencintaimu melalui seratus dua ratus perak yang
terulur pada tangan2 kecil di bis kota dan pinggiran jalan…
Melalui bingkisan2 sederhana yang terkirim ke saudara dan handai tolan..
Ya Rasulullah….
Aku tidak sanggup mencintaimu sebagaimana Sumayyah yg mempersembahkan jiwa demi tegaknya dien…
Maka izinkanlah aku mencintaimu dengan sedikit bakti pengorbanan untuk dakwah islam…
Izinkan aku mencintaimu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru…
Ya Rasulullah
Perkenankan aku mencintaimu semampuku..
Dengan segala kelemahan dan kenaifanku…
Dengan segala kealphaan dan kelalaianku…
Ya Rasul…
Aku memiliki mimpi…
Ya, aku menyimpan sebuah harapan besar ya Rasul..
Kelak, ketika di Yaumul akhir… Engkau ibaratnya adalah seorang idola,
superstar yang berdiri di atas kemegahan sebuah panggung. Sedangkan aku,
dengan segala kekerdilanku berada di antara jejeran para penonton. Dan
aku akan memanggil engkau jauh di sudut sana, di antara jutaan lautan
manusia….
Aku akan berteriak: Ya Rasulullah, Ya Rasulullah!!
Dan aku berharap…
Aku sungguh berharap…
Engkau akan menoleh ke arahku, dan berkata “Itu umatku!”
Sungguh aku ingin ya Rasul…
Aku ingin menjadi bagian dari barisan panjang umat yang mendapatkan syafaatmu…
Aku ingin menjadi bagian dari umat yang tersenyum berdiri di belakangmu…
Ya Rasulullah…
Walau aku tahu aku tak layak, namun dengan tertatih aku tetap ingin menitipkan rindu ini untukmu…
Ya Rasulullah…
Walau aku tahu ini tak mudah, namun dengan segala kelemahanku aku akan mengikuti jalan juangmu…
Ya Rasulullah…
Walau aku tahu ini akan sulit, namun aku ingin turut menjadi pembela-pembela Allah dan Rasulku…
Ya Rasulullah…
Saksikanlah aku yang akan tertatih dan tergopoh untuk mempertahankan keistiqomahanku…
Demi cintaku pada Allah, demi cintaku padamu YA RASUL…
Rindu kami padamu Ya Rasul…
Rindu tiada terperi …
Berabad jarak darimu ya Rasul, serasa dikau di sini,…
Salam Bagimu, Ya Rasullullah…
http://ulmyeepoetra.wordpress.com/2013/06/04/surat-cinta-untuk-rasulullah/